Pages

Subscribe:

SAAT-SAAT AKAN BERTEMU DENGANMU, BESOK

Telah kutinggal kehidupan dunia
Berhayal...
Bermimpi...
Beringin...
Besok bisa bertemu denganmu

Telah kutinggal jasadku
Menghampiri sukmamu di nirwana asmara
Berhayal...
Bermimpi...
Beringin...
Besok bisa melihat senyummu

Telah kujadikan budak badan ini
Demi keagungan cinta
Berhayal...
Bermimpi...
Beringin...
Besok bisa melihat cintaku

PELIPUR LARA HATI

Tangis langit tentang cinta
Dahaga bumi tentang rindu
Ada rintik tentang rasa menggebu
Genangan air cerita tentang hati ingin bersua
Kata hujan ada cinta disana
Angin menerpa tanda sabda
Ada yang menunggu disana
Sebagai pelipur lara hati lama menunggu

MUFLIHAH

Mabuklah jiwaku bertalu
Umpama awan dan langit dijelma simbol rindu
Fana?; angin tak tercipta
Lembarkan hari-hari tertulis duka
Ilhami jiwa-jiwa berdosa
Hangati kala jasad terlena
Amboi, sukmamu telah bersembunyi dibalik tulang rusukku
Hawa dan Adam perumpaanku.

KAU BAGIKU

Tersenyumlah jiwa-jiwa cintaku!
Saat Peteri Embun menghampirimu
Dendangkan tembang cinta
Setiap sepi menumbuhkan esa jiwa
Kalang kabuti ruh yang akan menghampiri setiap desah nafas berhembus bahagia
Maka...
Kepakkanlah sayap-sayap kehidupanmu wahai jiwa-jiwa cintaku
Agar salju yang bekukakn sayapmu hancur
Dan terbanglah menuju ilustrasi nirwana
Kemudian...
Obatilah dahaga cintamu wahai jiwa-jiwa cintaku
Dengan meminum disungai madu
Bersoleklah dengan Puteri Embun!
Tapi ingat...
Jika ia mengisinkan

TANPA MULUT DAN MATA

Aku melihat cintaku tanpa mata
Aku melihat cantikmu tanpa mata
Aku melihat senyummu tanpa mata
Aku melihat sinar matamu tanpa mta

Aku mencicipi hatimu tanpa mulut
Aku mencicipi tingkahmu tanpa mulut

Apa kau melihat dan mencicipiku dengan mata dan mulut?
Jika "Iya"
Aku tak ingin

PENCARIAN HAKIKAT CINTA

Kerlingan matanya penuh rahasia
Mengundang ingin untuk tahu dibaliknya
Meski mulut tak mampu bertanya
Adakah ruang berdimensi di hatimu?
Untuk jiwa yang telah lelah mencari cinta
Disetiap pelangi wanita
Menyelati berharap ada kesejatian cinta
Tuk kujadikan simbol keagungan cinta
Aku rela,
Lelahkan jiwa mencari hakikat cinta
Sebagai jejak aku bukanlah kera!
Saat menangkap belalang satu disepah-satu dikata.

AKU TAKUT

Tangis hati
Ya, tangis hati
Saat sepi mencekam
Menuntut untuk berkhayal
Berpikir...
Meresapi apa-apa dalam diri
Menghayati...
Tentang cinta menggerogoti
Hati lemah,\!
Cinta dihadapi
Untuk dihayati
Untuk dikomentari dalam hati
Untuk ditanyai
Meski dalam hati
"Jika hatiku ingin bersamamu selamanya! Pernahkah Terbersit dalam hatimu ingin bersamaku selamanya?"
Seluruh jiwa gemetar
Kalau-kalau cinta akan pudar
Karena harapan setinggi asa
Aku takut, asa tinggal harapan hampa

KARENA AKU MENGERTI HAKIKAT CINTA

Sadar basahi hati dalam sepi
Memupus sejenak kecantikan Puteri Embun
Kosongkan isi pikiran
Isi air telaga disetiap getar nadi
Nyalakan lentera sebagai selimut
Hangati desir darah membeku
Saat Puteri Embun menjelma salju
Telusuri jiwa hingga urat nadi
Bekukakn tulang belulang
Hingga olokan alam bawah sadar berdentang
"Betapa bodoh engkau!"
"Betapa norak tingkahmu!"
Ah, biarlah…!
Karena aku bukan pohon menjulang
Dan karena aku mengerti hakikat cinta

TAK MUNGKIN BAGIKU

Tarian pucuk ilalang
Terbalut sejuk Puteri Embun
Angin tak jemu membelai
Aroma cinta nyawanya desiran
Sejukkan pucuk ilalang
Pererat pelukan Puteri Embun
Kala badai menjelma

Tak mungkin bagiku...
Tinggalkan Puteri Embun kekeringan
Tertimpa sinar matahari
Terangkat ke langit menjadi budak

HAKIKAT DALAM DIRI

Semilir angin
Bawakan syair untuk gemercik air
Refleksi sinar mentari
Jajaki kedalaman telaga
Sebagai pencerah hati,
Puteri Embun namanya

Siul burung
Tenangkan gemercik
Kebeningan air penuhi telaga
Bermain diatasnya, burung berbiola
Tenangkan hati
Lumpuhkan kegelisahan,
Cinta namanya

Peri cinta terpikat
Turun ke telaga bermandi cahaya
Melabuh ke hati yang mencari hakikat
Bersemayam menduduki
Ciptakan istana megah
Mengalir dibawhnya
Samudera cinta dalam diri,
Cintaku pada Puteri Embun namanya

SETIAP DALAM SEPI

Setiap aku berkhayal tentangmu
Hati meyakinkan
Kaulah masa depanku
Tapi.....
Terlintaskah sedikitpun di benakmu tentangku?
Atau memang tidak pernah terlintas sama sekali!?
Tapi.....
Meskipun begitu...
Izinkan aku berkhayal bersanding denganmu



"Tanya-tanya Angan-angan Sama-sama Hari-hari
Rintang-rintang Hadap-hadap Sama-sama Hari-hari Kata-kata Kami-kami"

CINTA DALAM ASA

Setiap membisu dalam sepi
Gemuruh hati bak belati
Kerana menyimpan rasa
Bersanding bersama adalah asa

Tapi...
Cadasnya tebing tak membahasa
Hanya keinginan terpenjara berjeruji asmara
Dalam jeruji jadi lentera
Dalam hingar serigala jadi peri cinta
Meski dalam sadar aku berkata;
"Itulah cintaku"
Akan aku alirkan bersama dendang anak sungai
Dan kujadikan tinta setiap yang mengalir
Sebagai isi pena untuk menuliskan cintaku
Biarlah cinta tak terungkap!
Tapi rasa tetap ada
Masa bukanlah penguasa
Yang semena-mena menghapus cinta

SELALU MENUGGU TERPAAN ANGIN

Puteri Embun!
Tahukah engkau?
Mengapa aku menjelma pucuk ilalang?
Goyah kala angin meyapa
Berucap kala angin menerpa
Menjunjung tahtamu kepucuk bianglala
Menjunjung keanggunanmu, Puteri Embun
Sekali lagi...
Tahukan engakau?
Mengapa tak ada ucap untuk sampaikan rasa?
Bukanlah bisu!
Saat aku hanya bisa bergoyang terterpa angin,
Kemudian tersenyum
Karena sejukmu menusukkan diri kepucukku
Patahkan lidah tulang
Hingga tidak bisa bilang

KITA PUNYA BAHASA

Pagi adalah Tuhan bagi kita
Yang telah mengantarkan pada kesempurnaan asmara
Kita adalah dingin dan Puteri Embun yang selalu meramaikan dunia Tuhan
Bersama tembang ayam kita dimabuk asmara
Dalam kabut buta kita punya bahasa
Kemudian cerita asmara kita ditulis oleh Tuhan
Diatas sehelai hamparan bernama bumi
Dimana kita berpijak kebersamaan akan selalu menyertai keserasihan jiwa
Nada asmarapun tercipta dalam nadi kita.

DIALOG SUNYI

DIALOG SUNYI

+ Kenapa kamu tak ungkapkan isi hatimu?
- Aku takut
+ Ah... pengcut lho!

+ Kenapa kamu tidak bilang cinta sama dia?
- Aku malu~
+ Ah... banci lho!

+ Kamu takut sama wanita?
- Tidak, aku hanya takut kalau-kalau aku tidak secerah bulan purnama menerangi bumi

+ Berarti kamu takut sama dia?
- Tidak, aku hanya tidak bisa memperlakukan dia, sebagaimana angin sepoi mengelus dedaun hijau hingga berirama
+ Apakah dia tidak mengerti tentangmu?
- Mungkin hanya awan yang tahu
Sebagai atap dan saksi kebisuan mulut gemuruh hati
Karena aku sering menangis
Kala aku membisu didepannya untuk sampaikan isi hati.
"Biarlah angan yang menyampaikan isi hati ini"
Sergahku, sebagai pemupus air mata

KETULUSAN

Aku bertanya pada bayanganmu
Tentang ketulusan yang selalu engaku pancarkan dari kelopak matamu.

Aku melihat ketulusan disana
Yang selalu aku jadikan jawaban pada perasaanku disetiap ia bertanya.

Tapi ketulusan tidak mungkin bisa dibohongi dengan pancaran mata
Ketulusan adalah keinginan untuk selalu bersama hingga dipenghujung senja.