Pages

Subscribe:

GEMURUH KENANGAN

Luluh mencair
Bak air mengalir diatas gurun pasir
Yang tertatih untuk melupakan
Tapi, semua sia-sia bagiku
Sayap patah hinggap dijiwaku
Panah asmara menembus hatiku
Indah dalam perasaan cinta
Mengapung bermandikan cahaya cinta
Yang tak bisa kulupakan
Ingin berteriak pada dunia “Aku Jatuh Cinta”
Tak mungkin kubahasakan dengan kata kenangan itu
Gemuruh hati menusuk-nusuk
Sungguh rapuh saat kengan hinggap dipikiranku
Angan melayang tak menentu
Bersama desir angin dipagi hari
Membuat semua tumpah
Pun air mata asmara menghujan saat membayangkan kita berdua.

IMPIANKU BERSAMA DIA

Ombak berkejaran
Kemudian menyatu
Bersatu dikekuasaan Tuhan hingga mengering
Sungguh, kebersamaan indah kemilau
Melihat nikmat terpancar ke cakrawala
Kuterpaku membayangi keindahan
Kebersamaan abadi yang aku impikan bersama dia ala ombak itu
Ya, ala ombak itu
Berkejaran penuh butir air menghantam air
Batu karang bukanlah batu
Adalah ujian mencapai senyum Tuhan

BAHASA PERASAAN

Sudah tahu jiwa ini dalam puing-puing kehancuran
Sunyi masih saja menggerogoti
Sehingga tidak bisa tegak berdiri
Dalam ketidak pura-puraan ingin menyambut datangnya cinta

Barangkali cuma igau bagi manusia
Kala aku mengatakan “Aku Cinta Kamu”
Bagiku ini bukan mimpi
Karena aku tak ingin mengigau disaat mata terbuka

Ah, biarlah kata orang
Barangkali, kekasih mengerti bahasa perasaanku dalam kepastian
Saat fata morgana membahasa dalam ketidak pastian
Kasih, lewatilah bahasa fata morgana itu!
Supaya engkau tahu sesungguhnya arti bahasa ini
Yang tertulis yang akan aku jadikan sebagai tinta emas

Jadikanlah kalimat ini sebagai pengganti diriku
Jika engkau benar-benar mengharapkan bahasa perasaan ini
Saat engkau merasa sepi tanpa hadirnya bayanganku
Bacalah…!!! Saat menjelang tidur

“Betapa rapuh diriku tanpa hadirmu disisiku”
“Dan betapa utuh diriku dengan hadirmu disisiku”

Yang bisa cuma satu, yaitu cinta
Untuk membangun kembali jiwaku yang telah hancur berkeping-keping.

SENYUMMU

Menyibak kabut putih puteri embun
Angin semilir meniup bersayap dingin
Terang kuproleh menuju singgasan cinta
Kulihat puteri embun tersenyum manis
Memikat hati dikerapuhan jiwa melihat sunggingan manis
Hingga dalam sunyi terlarut
Mimpi menyakini mengartikan senyum
Senantiasa akan tertulis dalam pikiranku

PUTERI EMBUN II

Putri Embun
Engkau Puteri Embunku
Engkau adalah air mata ilalang yang menetesi kegersangan hati
Engkau adalah embun di pagi hariku, saat mentari membuka jendela sang timur

PELUKAN PUTERI EMBUN

Salami laut cinta
Tenang di jiwa menggugah nadi
Disetiap desir darah
Hangat mengalir meninabobokkan ego
Tak ada yang aneh
Hanya aku damai dipelukan puteri embun
Ku mengharap hangat sampai mentari tidur dipeluk senja
Aku aman dipelukan puteri embun
Seraya dia berbisik tentang kejahatan waktu
Aku gemetar
Aman jadi ricuh
Tak ingin kehangatan cepat memudar dipenitrasi salju waktu
Bibir bergeming ketakutan pasti
“Bisakah puteri embun menghangati sampai senja menutup mata?”

PUTRI EMBUN I

Aku hanyalah setetes embun yang tertusuk oleh pedang ilalang
Aku bergelantung dipedang itu
Jamahan Puteri Embun sangat kubutuhkan
Berharap ia tahu akan perasaan ini

Gontai menjalar dinadiku
Saat gejolak hati tak tersampaikan

Ku harap Puteri Embun mengerti
Embun ini adalah kerapuhanku
Maka jemputlah rasa ini

Atau dibiarkan saja!
Hingga luruh bersama tembang senja
Dan akhir namaku diatas nisan

PANCAR SINAR PUTERI EMBUN

Jiwaku najis
Berlumur najis
Berlutut dibawah larangan-Mu
Seperti tak punya Tuhan
Dicumbui dosa menjanjikan kenikmatan
Tuhan, ciptakanlah bayangan puteri embun selalu dalam khayalku
Sebagai sebagai sejadah menuju ridlo-Mu

DEMI PUTERI EMBUN

Asa berombak tak pernah menepi
Larut dalam keinginan semata
Iblis menjiwa separuh roh, pembuat dosa
Kutulis puisi ini dengan jari berlumur dosa
Bayangan Puteri Embun sebagai saksi
“Aku tak akan mengulangi lagi”

Demi Puteri Embun
Dalam setiap hembus nafas yang selalu memperingati
Dengan kecantikan penerang hati
Dalam gua gelap-gulita berteman sepi

“Aku akan berubah”

Demi Puteri Embun
Yang tidak aku cintai hanya karena kecantikan semata
Getar hati sebagai fakta tentang ini cinta
Sebagai pilar cinta adalah rasa

“Aku akan berubah”

Demi Puteri Embun
Meski engkau tidak pernah memikirkanku
Tapi aku akan selalu memikirkanmu
Karena engkau adalah sabda Tuhan dalam hidupku

“Aku akan berubah”

Demi Puteri Embun
Senyummu dalam benak, bertahta selalu dalam hidupku
Kecantikanmu sebagai singgasana akan cintaku
Dalam menembus kabutnya waktu

“Aku akan berubah”

Hadirnya bayanganmu mengubah hidupku
Tak ingin hati melepas bayangan itu
Dan segala dariku mengharap hadirmu disisiku selalu

Kesudian berkunjung bayanganmu!

“Terima kasih
Puteri Embun

AKU TIDAK BISU

Bukanlah bisu saat aku memandang kecantikanmu
Sumpah, lidah ini kaku saat memandangmu
Untuk bicara tak lagi
Bahasaku lain sudah
Saat puteri embun membasahi jiwaku
Beningnya tetes melayangkan pikiran
Bercumbu di negeri khayal
Sejuta kata yang kurangkai membukit di hatiku menggunung di pikiranku
Tidakkah engkau mengerti tingkahku?
Tidakkah engkau mengerti senyumku?
Tidakkah engkau mengerti sinar mataku?
Disana!
Dikedalaman hatiku
Tersimpan harapan menyatu denganmu

CINTAKU BUKAN CANTIKMU

Bukanlah bening wajah Puteri Embun tertimpa sinar mentari pagi hari kilau mengisi luas jagad hati
Tapi, tetes ikhlas menjiwa di sanubari
Dingin pagi hari salurkan mengisi relung hati
Aku terkesima Mulut ternganga

CINTAKU BUKAN CANTIKMU

Bukanlah bening wajah Puteri Embun tertimpa sinar mentari pagi hari kilau mengisi luas jagad hati
Tapi, tetes ikhlas menjiwa di sanubari
Dingin pagi hari salurkan mengisi relung hati
Aku terkesima Mulut ternganga

PEMBUKA

Karena cinta,
Puisi ini kutuliskan
Dari cinta kecinta,
Puisi ini kukumpulkan
Untuk cinta dan cinta
Puisi ini Kupersembahkan