Pages

Subscribe:

Dewi Salju

Dewi salju
Indah kala kelabu
Tak jemu dirundung semu
Warnai altar berdebu
Disabit bergelantung syahdu

Dewi salju
Bening di indah pelangi tak berdebu
Goyahi hati bertalu
Semaikan dikedalaman hati sajak rindu
Tak mampu lucuti ikrar menggebu di dada
Bersma hati ingin memilikimu selamanya

Dewi salju
Karenamu setumpuk asa dalam mutiara
Menyemai indah cinta membara
Bersama angin pilu menunggu asmara
Menyulam siul tentang glegah di dada

SAHABAT SEJATI

terUntuk;
NUR FITHRI -teman sejatiku-
(Fith...dikau skarang dimana?)



Mawar di lembah
dapat layu..
Kesenangan masa muda
dapat berlalu...
Tapi, persahabatan sejati ...
tak kan lapuk dimakan waktu....



By; iien bundanya vinie dan tito
www.radianceskin.info
www.iiench.blogspot.com

DI DALAM ANGKOT

Angkot I

“Dari mana, Om?”
Kalau setiap kata adalah keleluasaan hati
Untuk bertanya pada apa yang ada
Tak akan membatasi
Tak akan terbatasi
Oleh kesenjangan

Angkot II

“Mau kemana, Kak?”
Untuk beratanya pada siapa
Untuk menyapa pada siapa
Semua begitu mudah
Terasa ringan melontarkan

Angkot III

“Turun mana, Dik?”
Tak ada salahnya menghargai
Itu karena sama dalam bingkai hidup
Menyapa tanpa kelu

Angkot IV

“Dari mana, Mbak?”
Tak mungkin bagiku
Yang ada dalam hati
Berkecamuk
Tak kuasa lontarkan
Tak kuasa ucapkan desah hati

RUMAH KUMUH DAN GEMBOK BERSAKU

Di belakang sekolah aku menunggumu
Kalau ada lewat kan ku tapaki jejakmu
Jejak sandal yang kau tapakkan ke bumi itu
Nanti akan aku ikuti sampai ke rumahmu
Kalau kamu masih ingin main ke rumahku
Aku setuju
Biar kamu tahu kalau rumahku itu kumuh
Berdebu, banyak jangkrik di dalamnya
Dan yang pasti rumahku itu akan runtuh
Kalau saja ada angin sedikit menerjang
Apa lagi ada seorang tamu hinggap mampir
Itu pun kalau ada, karena rumahku kumuh
Tapi tenang
Kalau kamu masih ingin main ke rumahku
Aku pasti memperbaikinya
Aku akan memoles rumahku itu dengan dinding kaca mengkilap
Biar kamu kerasan tinggal disana
Dan sebisa mungkin membuat kamu tak kemana-mana
Aku akan menemuimu di rumahku
Setelah kamu masuk
Pintu rumahku akan aku gembok
Layaknya Abu Nawas menggombok rumahnya
Aku yakin dan akan meyakinkanmu
Kalau gembok itu takkan hancur dan takkan lepas
Meski seribu kunci coba dimasukkan
Karena kuncinya ada di tanganku
Dan kan ku serahkan kepadamu kunci itu
Kalau kamu mau
Dan terserah kamu
Kapan mau membuka pintu rumahku itu
Yang pasti aku akan betah di rumahku
Selama kamu ada di rumah kumuhku itu
Kalau kamu mau membukanya
Lalu pulang ke rumah indah istanamu
Dengan senang hati
Aku akan mengantarmu sampai tujuan
Hingga orang tua kamu tahu
Kalau anaknya telah sampai di rumah indah istana
Dengan pengantar seorang lelaki yang mempunyai rumah kumuh
Kalau kamu mempersilahkan aku masuk
Oh, dengan senang hati berbunga-bunga aku akan masuk
Pasti aku betah ada di dalam rumahmu
Dan aku yakinkan pada hatiku
Ini rumahmu
Ini rumah indah istanamu
Yang hatiku selalu mengharapnya untuk menginap
Ya, menginap
Menginap selamanya
Kalau siang hari-hariku habis denganmu



Perpustakaan Al-Majidiyah
Bata-Bata,
23 April 2008
20:20

SAJAK PICISAN

Terangkailah kata-perkata
Anggaplah sebagai pemikat wanita
Tak punya nyali ungkapkan kata
Tak punya jantan ungkapkan rasa

Terangkailah kata-perkata
Anggaplah sebagai pemikat wanita
Punya cinta tak ungkapkan rasa
Punya rindu tak ungkapkan syahdu

Hingga semua tersiksa menyiksa jiwa
Ingin membalut sajak dirangkai
Padahal hanya sajak picisan
Tak pantas dibaca hewan


In my class nggak ada guru
27 Mei 2007
dari jam pertama hingga jam istirahat nggak ada gurunya.
Aku masuk ke dalam kelas hanya meletakkan Kitab pelajaranku
lalu menyendiri di kelas III MA. yang lagi nggak dipake

JANGAN KAU UJI CINTAKU!

Jangan kau uji cintaku!
Karena setiap lembar sajak dicipta
Berjiwa gombal bermuda mengenal cinta
Apa kau tidak yakin besar cintaku?

Jangan kau uji cintaku!
Karena langkah ceroboh angan menyatu
Mencinta masih subuh menuntunku di kabut biru
Pasrahku mengikuti semua itu
Bagiku, itulah terbaik harapan menyatu padu
Bagimu, bagi orang lain hanya tingkah tanpa lelampa sebagai tambal sulam kepalsuanku
Apa kau tidak yakin besar cintaku?

Jangan kau uji cintaku!
Karena kau tahu
Padahal aku tahu kau tidak mencintaiku
Padahal aku tahu aku mencintaimu
Apa kau tidak yaki besar cintaku



26 Mei 2007
Pertama kutulis puisi ini saat aku ditindak ama guruku dijemur didepan kelas ama temen-temenku yang sama-sama bengalnya, karena nggak bawa kitab pelajaran (maklumlah nggak seneng kitab) dan selanjutnya aku terusin di kantor OSIS

APA KARENA NAMAMU MUFLIHAH?

Apa karena namamu Muflihah?
Setiap yang tertulis dalam lembar kenangan
Hati meninggi memuji
Memuji-memuji cerita itu
Adalah pertama kali dalam hidupku
Indah berwarna tiap hari berlalu

Apa karena namamu Muflihah?
Tak ada mampu palingkan hati
Teringat aura senyum disungging
Debar gelegakkan hati
Rapuh remukkan angkuh jiwa
Kala kulihat kupandangi
Setiap diresapi
Itulah cerita
Hanya mengenang cerita melegenda dalam jiwa
Kadang tersenyum
Kadang merengut

Apa karena namamu Muflihah?
Meski kuhanya memuji setiap yang tersirat
Meski tak pantas aku menghayalmu
Disini termenung sendiri
Menganga dibawah langit
Seakan menanti hujan
Mengharap angan dulu itu kenyataan
Hanya bisa kunanti
Menanti disini
Di alam sepi
Meski terhempas tersingkirkan dari dunia inginku
Tetap mengharap disini
Meski tentu kau tidak akan kumiliki


Di kelasku
Jam terakhir nggak ada guru
13 Mei 2007
Aku keluar dari kelas, menyendiri di kelas III MA.
yang sedang tidak dipake, kebetulan bersebelahan dengan kelasku.
Namun... belum rampung semua puisi ini bel sudah berbunyi
dan diteruskan ke kantor OSIS setelah mengurus
Bulletin MUTIARA ke printing dan masih
memperbaiki komputer OSIS.

-------------------

Sekuntum di QUANTUM senyum itu merekah
Dalam aliran rasa pertama menelusup
Hati bergetar bertanya
"Apa ini namany?"
Ada rasa dalam debaran
Saat kau tebarkan keseluruh jiwaku
Saat kulihat pesonamu getarkan jagad maya hatiku
Biar kusimpan semua itu
Dalam hati menunduk padi beraturan
Dari sunyi kesunyi
Biar kutemu arti kepedihan ini
Karena ku tahu cintamu bukan untukku




Ngak tau apa judulnya
Dan nggak tau kapn tanggal buatnya
Pusing dan nggak nyambung

TAPI…

Indahnya kerlingan mata itu
Tapi, buruknya hidupku
Cita-cita cinta menuai luka

Senangnya mata melihat aura pesona itu
Tapi, hancurnya jiwaku
Hanya harapan hampa

Manisnya senyuman itu
Tapi, pahitnya hatiku
Cintaku tidak diterima



Perpustakaan Al-Majidiyah
08 Mei 2007
Terinspirasi dari puisi Putu Wijaya dalam bukunya "Teroris mental".
Setelah puisi itu dibacakan oleh temenku Fauzul Adhim sesama karyawan perpus.
Waktu membacanya ketika sedang menjaga perpus,
tapi kita malah asyik baca-baca puisi Putu Wijaya saling gantian,
dengan ekspresinya lagi (cie....).

SENDIRI MENGAMINI

Berjelaga sediri mengamini
Meresapi kata bertuliskan perih
Untai kalimat sajak dirangkai
Lagi... kuresapi
Perih disandang sepi berdiri
Ada tanda duri menusuk hati
Menuai luka sendiri dirasai
Seakan bisu dia apa tidak mengerti?
Aku patah hati!
Meski kumpulkan serpihan jiwa ini
Untuk menghapus kenangan yang terlalu manis
Lalui hari berselimur duka
Tapi tetap meski
Meski sinar sinari sanubari
Tetap hati bicara diri sambut jiwa
“Aku mencintaimu”

Perpustakaan Al-Majidiyah
Malam Ahad, 23 April 2007
Jam 00:07

Ku hanya bisa mengamini apa yang dikata semoga terkabulkan. Amien.

DISEBUAH SUBUH MENCINTA

Bak api tak kunjung padam dipadami
Dulu dan sekarang berkobar girang
Dalam angan membumbung tinggi hayalkan cinta
Setiap nafas dihampiri
Ingatkan hati lantunkan tembang cinta selalu

Entah karena cerobohku
Hampiri angan yang tak tentu
Menanyai Puteri Embun didekap raja pagi
Yang tentu "TIDAK" jawabannya
Hanyalah orang bodoh bersemedi cinta diistana pagi

Angan tetaplah angan!
Tanya tetaplah tanya!
Karena dipagi buta
Hantu hati tercipta
Layaknya orang gila pilu;
Mengapa aku tak mampu padamkan api cinta?
Padahal sekarang masih pagi
Atau...
Karena terlalu subuh aku mencintaimu?


Di kelasku
15 April 2007. Jam pertama ada guru
Puisi ini terinspirasi saat berkunjung ke "Api Tak Kunjung Padam"
bersama teman2 panitia, disana aku memadamkan api.
Sebenarnya ingin ditulis setelah berkunjung tapi nggak sempat.

SAJAK-SAJAK GOMBAL

Ada lampiran kusam dalam jiwaku
Dulu pernah aku torehkan sajak-sajak
Kukumpulkan dalam sebuah catatan
Begitu bening dan putih
Meski aku terehkan semua isi hati
Dalam bentuk pena
Dalam bentuk tinta
Semua menjadi saksi
Setiap huruf yang tertoreh
Setiap kata yang terangkai
Hingga menjadi kalimat-kalimat gombal
Murahan penuh kebusukan dan tambal-tambal
Disetiap yang terangkai
Disetiap yang terurai
Megombar kata-kata gombal
Dan tidak pernah terbayang disetiap coretan
Ternyata berbuah gombal
Karena pertama kali merangkai
Dengan jemari gemetar
Karena pertama menjamu seorang perawan
Dengan tinta khayalan


BBEC Office
17 Maret 2007
Dimana akan kutaruh mukaku. Setelah kulihat sajak-sajakku,
ternyata hanya kata-kata gomballah yang selam ini
aku anggap semua itu adalah sajak yang begitu indah menarik hati.
Dan bagi semua temen-temen yang membaca puisiku, maafku seribu

CERITAKU

Untuk ktiga kali kutemukan pohon waru
Kutanam dalam balut asmara membiru
Meski ku tahu ada bintik-bintik tantangan
Karena itu adalah pasti

Untuk pertama kali kupupuk
Dengan air yang mengalir ke tangkai
Cinta yang kuharapkan ada disana
Terlihat dari balik guratan-guratan bintik tantanga

Hingga pohon waru berakar dalam jiwaku
Semakin saja aku alirkan air cintaku
Ingin cepat-cepat ia berdaun
Meski mulut tak mampu tembangkan syair cinta
Untuk mengelus daun waru dengan sayup syair

Mulailah pucuk daun mengembang
Seluruh jiwa terasa terbang
Meski diri tidak tahu tetang daun
Penuh tanya daun berucap tanda gemuruh hati tertegun
Adakah tetes Puteri Embun?
Saat pagi mengantarkan embun
Kuharap berlabuh di daun

Bermekarlah daun waru
Hingga rindu akan bertalu
Kalau-kalau terpisah selangkah jam dinding
Karena tak mampu untuk tidak bersanding
Dititik inilah...
Daun waru membuatku berubah
Daun waru menyuruhku meniti jalan pujangga
Setiap yang tertitah bak tersabda
Jalani lika-liku hidup demi cinta
Onak dan duri selalu ada
Dan jalanku pun ala di sorga
Setiap hari
Tapaki mentari
Seperti mendengar suara Ilahi
Setiap pesona Puteri Embun melintasi
Setiap jiwa menerimanya dengan senang hati
Meski sebatas ilustrasi
Dan tidak mungkin aku tukar dengan pelangi pagi hari
Ya, pelangi di pagi hari

Pfffuuuhhh...!!!
Hanya nafas yang berhembus
Tak ada yang bisa dikata
Sedih
Perih
Karena bunga itu mulai menampakkan pucuk keperawanannya
Seharusnya aku bahagia?
Ah...!!!
Itu kata orang
Tapi bagiku?
Ternyata...
Bunga itu dilahirkan dari daun waru tidak seumur dengannya
Aku bertanya
Dan terus bertanya
Banarkah?!
Bunga itu tak seumur daun waru pun?
Yang seharusnya melebihi
Takdirkah?!
Apa benar?!
Atau.....
Sengaja menjatuhkan diri
Atau.....
Ada orang lain yang memetiknya
Kala Puteri Embun jauh dariku
Kala jarak jadi tirai
Kala kala jadi kala
Atau..... mungkin
Sengaja ada seseorang yang memetik dari belakangku?
Lalu Puteri Embun rapuh dan rapuh?
Hancur dan hancur?
Ikut dan ikut?


Perpustakaan Al-Majidiyah
Malam selasa, 12 Maret 2007
Puisi ini aku tulis 3 hari 3 malam. Mencoba mengumpulkan semua kenangan
selama masih di QUANTUM sampai ke pondokku (Bata-bata)

JARING MALAIKAT

Puteri Embun!
Disini aku menanti
Entah apa yang aku nanti
Yang pasti sepi mencekam dalam diri

Tangis tidaklah berarti
Untuk uraikan perih dalam hati
Untuk uraikan sedih yang menguasai diri
Semua terangkum dalam peti mati
Ada maksud untuk dihanyatkan ke sungai yang mengalir
Biar semua perih dan sedih berakhir

Ada Malaikat menyulam jaring laba-laba
Untuk pertahankan peti mati
Aku pun tak berkutik
Hanya sepi menemani
Tertegun disetiap bayang Puteri Embun
Saat raut berekspresi tidak senyum


Di kelasku
Ahad, 11 Maret 2007
Jam ke-I nggak ada guru
Waktu aku merasa sepi dikeramaian dan gelak-tawa teman-temanku. Aku keluar kebelakang kelas lewat jendela belakang. Tak kuhiraukan ucapan teman-teman ketika aku mau keluar lewat jendela belakang.

KUTAHU ENGKAU MAWAR BERDURI

Kutahu engakau mawar
Kelembutan adalah sifat yang pasti
Merah mawar adalah keberanian hakiki
Sebagai penopang adalah embun pagi
Hingga Puteri Embun jadi bidadari

Kutahu engkau mawar berduri
Sebagai pagar adalah duri
Untuk menjaga kesucian dan harga diri
Agar tak bisa menyentuh para kelinci berdasi
Apa salahnya mawar berduri?
Apakah salah mawar berduri?


Perpustakaan Al-Majidiyah
Jum`at, 09 Maret 2007
Jam 08:47

SEPI

Sepi
Sepi dan sepi aku berdiri
Mencoba cari pelangi
Sebagai penghibur dikehidupan berduri
Ada mawar katanya berduri
Coba kuraba, berharap menerangi
Ternyata, apalah diri
Meraba tangan tertusuki
Sebagai alasan adalah "status"
Meski dalam kamus cinta bukanlah berarti


Mosholla
Kamis, 08 Maret 2007
Jam 14:25

PESONA JINAKKAN GELOMBANG

Untuk kesekian kali kutatap wajah
Seuntai senyum berembun merekah
Larik-larik nafas aku tahan
Tak tahan menahan pesona menghanyutkan
Setiap kali nada-nada pesonamu terangkai dalam bait harapanku
Menyatu dengan sajak cinta adalah inginku
Bersamamu cerita gelombang dalam jiwa akan tenang
Pasrah mengikuti alir sungai hingga muara angan titik terang.