Pages

Subscribe:

TAPI…

Indahnya kerlingan mata itu
Tapi, buruknya hidupku
Cita-cita cinta menuai luka

Senangnya mata melihat aura pesona itu
Tapi, hancurnya jiwaku
Hanya harapan hampa

Manisnya senyuman itu
Tapi, pahitnya hatiku
Cintaku tidak diterima



Perpustakaan Al-Majidiyah
08 Mei 2007
Terinspirasi dari puisi Putu Wijaya dalam bukunya "Teroris mental".
Setelah puisi itu dibacakan oleh temenku Fauzul Adhim sesama karyawan perpus.
Waktu membacanya ketika sedang menjaga perpus,
tapi kita malah asyik baca-baca puisi Putu Wijaya saling gantian,
dengan ekspresinya lagi (cie....).

SENDIRI MENGAMINI

Berjelaga sediri mengamini
Meresapi kata bertuliskan perih
Untai kalimat sajak dirangkai
Lagi... kuresapi
Perih disandang sepi berdiri
Ada tanda duri menusuk hati
Menuai luka sendiri dirasai
Seakan bisu dia apa tidak mengerti?
Aku patah hati!
Meski kumpulkan serpihan jiwa ini
Untuk menghapus kenangan yang terlalu manis
Lalui hari berselimur duka
Tapi tetap meski
Meski sinar sinari sanubari
Tetap hati bicara diri sambut jiwa
“Aku mencintaimu”

Perpustakaan Al-Majidiyah
Malam Ahad, 23 April 2007
Jam 00:07

Ku hanya bisa mengamini apa yang dikata semoga terkabulkan. Amien.

DISEBUAH SUBUH MENCINTA

Bak api tak kunjung padam dipadami
Dulu dan sekarang berkobar girang
Dalam angan membumbung tinggi hayalkan cinta
Setiap nafas dihampiri
Ingatkan hati lantunkan tembang cinta selalu

Entah karena cerobohku
Hampiri angan yang tak tentu
Menanyai Puteri Embun didekap raja pagi
Yang tentu "TIDAK" jawabannya
Hanyalah orang bodoh bersemedi cinta diistana pagi

Angan tetaplah angan!
Tanya tetaplah tanya!
Karena dipagi buta
Hantu hati tercipta
Layaknya orang gila pilu;
Mengapa aku tak mampu padamkan api cinta?
Padahal sekarang masih pagi
Atau...
Karena terlalu subuh aku mencintaimu?


Di kelasku
15 April 2007. Jam pertama ada guru
Puisi ini terinspirasi saat berkunjung ke "Api Tak Kunjung Padam"
bersama teman2 panitia, disana aku memadamkan api.
Sebenarnya ingin ditulis setelah berkunjung tapi nggak sempat.

SAJAK-SAJAK GOMBAL

Ada lampiran kusam dalam jiwaku
Dulu pernah aku torehkan sajak-sajak
Kukumpulkan dalam sebuah catatan
Begitu bening dan putih
Meski aku terehkan semua isi hati
Dalam bentuk pena
Dalam bentuk tinta
Semua menjadi saksi
Setiap huruf yang tertoreh
Setiap kata yang terangkai
Hingga menjadi kalimat-kalimat gombal
Murahan penuh kebusukan dan tambal-tambal
Disetiap yang terangkai
Disetiap yang terurai
Megombar kata-kata gombal
Dan tidak pernah terbayang disetiap coretan
Ternyata berbuah gombal
Karena pertama kali merangkai
Dengan jemari gemetar
Karena pertama menjamu seorang perawan
Dengan tinta khayalan


BBEC Office
17 Maret 2007
Dimana akan kutaruh mukaku. Setelah kulihat sajak-sajakku,
ternyata hanya kata-kata gomballah yang selam ini
aku anggap semua itu adalah sajak yang begitu indah menarik hati.
Dan bagi semua temen-temen yang membaca puisiku, maafku seribu