Kutanam dalam balut asmara membiru
Meski ku tahu ada bintik-bintik tantangan
Karena itu adalah pasti
Untuk pertama kali kupupuk
Dengan air yang mengalir ke tangkai
Cinta yang kuharapkan ada disana
Terlihat dari balik guratan-guratan bintik tantanga
Hingga pohon waru berakar dalam jiwaku
Semakin saja aku alirkan air cintaku
Ingin cepat-cepat ia berdaun
Meski mulut tak mampu tembangkan syair cinta
Untuk mengelus daun waru dengan sayup syair
Mulailah pucuk daun mengembang
Seluruh jiwa terasa terbang
Meski diri tidak tahu tetang daun
Penuh tanya daun berucap tanda gemuruh hati tertegun
Adakah tetes Puteri Embun?
Saat pagi mengantarkan embun
Kuharap berlabuh di daun
Bermekarlah daun waru
Hingga rindu akan bertalu
Kalau-kalau terpisah selangkah jam dinding
Karena tak mampu untuk tidak bersanding
Dititik inilah...
Daun waru membuatku berubah
Daun waru menyuruhku meniti jalan pujangga
Setiap yang tertitah bak tersabda
Jalani lika-liku hidup demi cinta
Onak dan duri selalu ada
Dan jalanku pun ala di sorga
Setiap hari
Tapaki mentari
Seperti mendengar suara Ilahi
Setiap pesona Puteri Embun melintasi
Setiap jiwa menerimanya dengan senang hati
Meski sebatas ilustrasi
Dan tidak mungkin aku tukar dengan pelangi pagi hari
Ya, pelangi di pagi hari
Pfffuuuhhh...!!!
Hanya nafas yang berhembus
Tak ada yang bisa dikata
Sedih
Perih
Karena bunga itu mulai menampakkan pucuk keperawanannya
Seharusnya aku bahagia?
Ah...!!!
Itu kata orang
Tapi bagiku?
Ternyata...
Bunga itu dilahirkan dari daun waru tidak seumur dengannya
Aku bertanya
Dan terus bertanya
Banarkah?!
Bunga itu tak seumur daun waru pun?
Yang seharusnya melebihi
Takdirkah?!
Apa benar?!
Atau.....
Sengaja menjatuhkan diri
Atau.....
Ada orang lain yang memetiknya
Kala Puteri Embun jauh dariku
Kala jarak jadi tirai
Kala kala jadi kala
Atau..... mungkin
Sengaja ada seseorang yang memetik dari belakangku?
Lalu Puteri Embun rapuh dan rapuh?
Hancur dan hancur?
Ikut dan ikut?
Perpustakaan Al-Majidiyah
Malam selasa, 12 Maret 2007
Puisi ini aku tulis 3 hari 3 malam. Mencoba mengumpulkan semua kenangan
selama masih di QUANTUM sampai ke pondokku (Bata-bata)
Malam selasa, 12 Maret 2007
Puisi ini aku tulis 3 hari 3 malam. Mencoba mengumpulkan semua kenangan
selama masih di QUANTUM sampai ke pondokku (Bata-bata)