Puteri Embun!
Tahukah engkau?
Mengapa aku menjelma pucuk ilalang?
Goyah kala angin meyapa
Berucap kala angin menerpa
Menjunjung tahtamu kepucuk bianglala
Menjunjung keanggunanmu, Puteri Embun
Sekali lagi...
Tahukan engakau?
Mengapa tak ada ucap untuk sampaikan rasa?
Bukanlah bisu!
Saat aku hanya bisa bergoyang terterpa angin,
Kemudian tersenyum
Karena sejukmu menusukkan diri kepucukku
Patahkan lidah tulang
Hingga tidak bisa bilang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar